Header Ads

Pandangan Migani Terhadap Honai Nduni

Sumber : http://www.imgrum.org/media

Secara umum, honai/rumah adalah sebuah bangunan (rumah) berlindung yang dibuat manusia untuk dihuni oleh manusia itu sendiri dalam jangka waktu tertentu. Honai harus dan tidak harus segera dibangun dimana manusia itu berada. Manusia tidak bisa tidur, masak, bercerita, rapat kecil maupun bersifat musyawarah dan melakukan hal yang lain ,jika rumah/honai itu tidak ada. Jadi, honai sangat dibutuhkan setiap manusia individu maupun kelompok dan menjadi kebutuhan.
Setiap suku bangsa di dunia, model dan bentuk bangunan rumah sangat berbeda-beda, bahkan dengan bahan bangunan juga yang berbeda. Begitupun dalam kehidupan sosial di papua lebih khusus suku bangsa Migani, honai dibuat dari bahan dan alat tertentu yang disediakan alam (seperti rotan, kayu buah, kayu papan, jubi, dll). Kebiasaan model honai adat suku migani, seperti kita temui di kalangan masyarakat dimana mereka berada terdapat dua jenis honai adat yaitu migai dan silabagai. Migai adalah bentuk honai adat yang warisan nenek moyang dari generasi ke generasi sampai pada generasi ini, sedangkan silabagai adalah jenis honai suku papua lain yang ditiru setelah belajar dari tetangga suku tersebut. Dalam kehidupan bangsa migani, sudah ada kelompok-kelompok kecil seperti klien, nduni, dll. Jadi, salah satu honai biasanya dikhususkan sebagai nduni, dan itu untuk kaum lelaki berkumpul berdiskusi bebas, tidur, maupun melakukan diskusi yang bersifat rahasia.
Dari segi adat istiadat, suku migani memandang honai (nduni) sebagai manusia (ogona menege dio). artinya tempat tinggal roh leluhur dan mereka yakin bahwa roh itu yang selalu melindungi ketika waktu malam tiba, panas matahari disiang hari, ketika hujan, dll. Sehingga mereka harus menghargainya dan mematuhi ketentuan-ketentuan adat yang dianggap berbahaya, manusia tidak boleh keliling honai dengan sembarangan, melempar batu ke atas atap honai, tidak diizinkan masuk dibawah kolom honai, harus selalu pasang api dan hangatkan honai itu setiap sore menjelang malam (walaupun tidak ada orang bermalam), dan hal lain yang dianggap menentan ketentuan yang ditetapkan adat yang menjadi bagian budaya. Jadi, ketika manusia tidak mematuhi kebiasaan-kebiasaan tersebut dan dianggap seperti honai biasa? Maka manusia itu akan jatuh sakit atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Norma-norma budaya sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia individu maupun kelompok, tidak hanya dalam kehidupan suku bangsa migani namun juga semua suku bangsa di dunia. Pastilah mempunyai norma-norma kebudayaan yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan mereka masing-masing yang berbeda-beda.
Dimasa global ini melihat dan menilai bahwa suku bangsa kuat adalah suku bangsa yang tetap masih mempertahankan budaya atau kebiasaan mereka sampai sekarang, dan yang lemah adalah suku bangsa yang budayaanya sudah menghilang dan semakin hilang akibat mengikuti pengaruh budaya asing (permainan kaum kapitalis, kolonial dan kaum borjuis).
Kuatkan suku bangsa dengan mempertahankan adat istiadat, kebudayaan yang merupakan harga diri dan jati diri ke dunia lain, bahwa kami juga ada.

Geen opmerkings nie

Kami menghargai masukan dari anda. Mohon beri tahukan kepada kami apabila terdapat kekeliruan untuk perbaikan blog kami.

Aangedryf deur Blogger.